BUR | Bank Usaha Rakyat

Tradisi Kuliner Penuh Sejarah dan Nilai-Nilai Islami : Bubur Asyura

Di setiap tanggal 10 Muharram, tradisi memasak dan menyantap Bubur Asyura mewarnai perayaan Hari Asyura di berbagai penjuru Indonesia. Lebih dari sekadar hidangan lezat, namun juga menyimpan makna mendalam yang berkaitan dengan sejarah dan nilai-nilai Islami.

Sejarah Bubur Asyura: Mengenang Peristiwa Penting dalam Islam

Tradisi Bubur Asyura erat kaitannya dengan kisah Nabi Nuh dan perahunya yang selamat dari bencana banjir besar. Konon, setelah air bah surut, Nabi Nuh dan keluarganya memasak bubur dari sisa-sisa bahan makanan yang mereka temukan dan kemudian dibagikan kepada para pengikutnya sebagai tanda syukur atas keselamatan mereka.

Makna Simbolis Bubur Asyura: Pengingat Toleransi dan Kebaikan

Bubur Asyura, dengan berbagai macam isiannya, melambangkan keragaman dan persatuan. Setiap bahan memiliki makna simbolisnya sendiri. Misalnya, kacang hijau melambangkan kesuburan, kismis melambangkan kemakmuran, dan gula merah melambangkan kemanisan hidup. Menyantapnya bersama-sama menjadi pengingat untuk saling berbagi dan menumbuhkan rasa toleransi antar sesama. Tradisi ini juga menjadi momen untuk merenungkan arti syukur dan mensyukuri nikmat Allah SWT.

Nilai-Nilai Islami yang Terkandung dalam Bubur Asyura

Bukan hanya tentang tradisi dan kelezatan, tetapi juga sarat dengan nilai-nilai Islami yang dapat dipetik. Tradisi ini menanamkan nilai-nilai seperti:

  • Kesyukuran: Rasa syukur atas segala nikmat Allah SWT, termasuk keselamatan dan kesehatan.
  • Toleransi: Saling menghormati dan menghargai perbedaan antar individu.
  • Peduli sesama: Berbagi dan membantu mereka yang membutuhkan.
  • Kasih sayang: Menumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang antar sesama.
  • Kesabaran: Menjalani hidup dengan sabar dan tawakal dalam menghadapi cobaan.

Bubur Asyura: Lebih dari Sekadar Hidangan, Sebuah Warisan Budaya dan Tradisi

Bukan sekadar hidangan lezat, tetapi juga warisan budaya dan tradisi yang patut dilestarikan. Tradisi ini menjadi pengingat akan sejarah Islam dan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya, menyantapnya bersama keluarga dan kerabat menjadi momen untuk mempererat tali persaudaraan dan memperkuat rasa syukur atas segala nikmat Allah SWT.

Baca juga :   Menelusuri Jejak Sejarah: Asal Usul Nama Bekasi

Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern, tradisi Bubur Asyura hadir sebagai oase yang menyejukkan jiwa. Tradisi ini menjadi pengingat akan pentingnya nilai-nilai Islami dan makna kehidupan yang sesungguhnya.

Baca Juga : https://bur.co.id/cuaca-iklim/fenomena-cuaca-dingin-juli-2024

Di setiap tanggal 10 Muharram, tradisi memasak dan menyantap Bubur Asyura mewarnai perayaan Hari Asyura di berbagai penjuru Indonesia. Lebih dari sekadar hidangan lezat, namun juga menyimpan makna mendalam yang berkaitan dengan sejarah dan nilai-nilai Islami.

Sejarah Bubur Asyura: Mengenang Peristiwa Penting dalam Islam

Tradisi Bubur Asyura erat kaitannya dengan kisah Nabi Nuh dan perahunya yang selamat dari bencana banjir besar. Konon, setelah air bah surut, Nabi Nuh dan keluarganya memasak bubur dari sisa-sisa bahan makanan yang mereka temukan dan kemudian dibagikan kepada para pengikutnya sebagai tanda syukur atas keselamatan mereka.

Makna Simbolis Bubur Asyura: Pengingat Toleransi dan Kebaikan

Bubur Asyura, dengan berbagai macam isiannya, melambangkan keragaman dan persatuan. Setiap bahan memiliki makna simbolisnya sendiri. Misalnya, kacang hijau melambangkan kesuburan, kismis melambangkan kemakmuran, dan gula merah melambangkan kemanisan hidup. Menyantapnya bersama-sama menjadi pengingat untuk saling berbagi dan menumbuhkan rasa toleransi antar sesama. Tradisi ini juga menjadi momen untuk merenungkan arti syukur dan mensyukuri nikmat Allah SWT.

Nilai-Nilai Islami yang Terkandung dalam Bubur Asyura

Bukan hanya tentang tradisi dan kelezatan, tetapi juga sarat dengan nilai-nilai Islami yang dapat dipetik. Tradisi ini menanamkan nilai-nilai seperti:

  • Kesyukuran: Rasa syukur atas segala nikmat Allah SWT, termasuk keselamatan dan kesehatan.
  • Toleransi: Saling menghormati dan menghargai perbedaan antar individu.
  • Peduli sesama: Berbagi dan membantu mereka yang membutuhkan.
  • Kasih sayang: Menumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang antar sesama.
  • Kesabaran: Menjalani hidup dengan sabar dan tawakal dalam menghadapi cobaan.

Bubur Asyura: Lebih dari Sekadar Hidangan, Sebuah Warisan Budaya dan Tradisi

Bukan sekadar hidangan lezat, tetapi juga warisan budaya dan tradisi yang patut dilestarikan. Tradisi ini menjadi pengingat akan sejarah Islam dan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya, menyantapnya bersama keluarga dan kerabat menjadi momen untuk mempererat tali persaudaraan dan memperkuat rasa syukur atas segala nikmat Allah SWT.

Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern, tradisi Bubur Asyura hadir sebagai oase yang menyejukkan jiwa. Tradisi ini menjadi pengingat akan pentingnya nilai-nilai Islami dan makna kehidupan yang sesungguhnya.

Baca Juga : https://bur.co.id/cuaca-iklim/fenomena-cuaca-dingin-juli-2024

Share:

Tinggalkan Balasan

Related Post